Sejak tahun 2014, PT. Tirta Investama-Plant Citeureup (PT. TIV-PC) telah melakukan upaya konservasi eks-situ dengan membangun dan mengembangkan Taman Keanekaragaman Hayati (Taman Kehati) yang berada di area operasionalnya. Upaya pelestarian ini sebagai bentuk komitmen program Aqua Lestari yang diinisiasi sejak tahun 2006.
Wujud komitmen pelaksanaan Program Aqua Lestari, PT. TIV-PC telah mengalokasikan areal seluas 5,46 ha sebagai ruang terbuka hijau yang berisi koleksi berbagai spesies pohon dan bambu. Ruang Terbuka Hijau tersebut sejak tahun 2013 ditetapkan sebagai Taman Kehati Lido (TKL) yang pengelolaannya mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2012.
Kegiatan pemantauan flora dan fauna di area TKL merupakan perwujudan komitmen PT. TIV-PC untuk implementasi dari rencana strategus pengelolaan TKL (melindungi, memelihara, meningkatkan nilai dan fungsinya, serta memantaunya). PT. TIV-PC merasa berkepentingan untuk melakukan kolaborasi dengan lembaga yang memiliki kompetensi dalam kegiatan fasilitasi dan teknis pengelolaan dan pemantauan flora dan fauna. PT. TIV-PC telah menunjuk PT Jauhar Hidro Mekatron (PT JHM) dengan dukungan teknis PILI-Green Network (selanjutnya disebut PILI) sebagai tim pelaksana kegiatan pemantauan flora dan fauna di area TKL.
Pelaksanaan kegiatan berlangsung sejak tanggal 1-3 Juli 2021. Lokasi pelaksanaan di area area TKL, Desa Ciburuy dan Desa Cigombong, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Gambar 1). Kegiatan pemantauan flora dan fauna melalui inventarisasi dan identifikasi dinamika spesies-spesies flora dan fauna (khususnya satwa vertebrata di area TKL sehingga diketahui struktur, komposisi dan keanekaragaman spesies flora dan fauna sejak tahun 2013. Anggota tim survei melibatkan 6 (enam) tenaga ahli untuk taksa mamalia, burung, herpetofauna (reptil dan amfibi) dan tumbuhan. Survey pemantauan pada 13 lokasi dengan jalur pengamatan untuk fauna sepanjang 4,25 km.
Temuan dan catatan penting dari hasil pelaksanaan survey pemantauan flora dan fauna di area TKL, di antaranya: 1) taksa mamalia tercatat 8 spesies dari 6 famili dan 4 Ordo, 2) taksa burung tercatat 18 spesies dari 14 famili dari 7 ordo, 3) taksa Reptil tercatat 7 spesies reptil dari 5 famili satu ordo dan 6 spesies amfibi dari 4 famili satu ordo, 4) Ordo Odonata (capung) tercatat 4 spesies dan Ordo Lepitoptera (kupu-kupu) tercatat 14 spesies. Pada areal TKL terindikasi keberadaaan sero ambrang atau berang-berang dengan status rentan yang perlu mendapatkan perhatian khusus.
Pada kelompok flora, terdapat 45 famili yang terbagi dalam 115 jenis tumbuhan. Spesies yang paling dominan pada areal TKL adalah Damar (Agathis bornensis) dengan nilai INP sebesar 11,19%. Tingkat keanekaragaman spesies flora yang ada di area TKL berada pada kategori tinggi dengan nilai indeks keanekaragaman hayati (H’) sebesar 3.88 dan jenis individu yang ada menyebar merata dengan rata-rata indeks kemerataan sebesar 0.81. Di area TKL terdapat 16 spesies kunci, termasuk tiga spesies dengan status ‘kritis’ dari suku dipterocarpaceae, yaitu Hopea bancana, Hopea bilitonensis dan meranti seminis (Shorea seminis); satu spesies dilindungi berdasarkan Permen LHK No. 106 Tahun 2018 yakni palem merah (Cyrtostachys renda); serta pohon bisbul (Diospyros blancoi) yang selama ini dikenal sebagai flora ciri khas Kota Bogor.
Beberapa rekomendasi penting terkait pengelolaan fauna di TKL di antaranya: 1) pendataan untuk fauna di waktu musim migrasi burung, 2) pembaruan papan informasi keberadaan satwa di area TKL, 3) survey fauna pada musim kering dan migrasi di bulan September atau Oktober, 4) pembuatan sarana akomodasi untuk keperluan penelitian dan pemantauan, 5) pembuktian keberadaan sero ambrang atau berang-berang yang berstatus rentan (vulnerable) melalui kegiatan pemasangan camera trap, 6) rancangan program yang nilai penting dalam penilaian PROPER Lingkungan, 7) penyusunan program pengelolaan area TKL yang dapat meningkatkan pencapaian PROPER melalui program konservasi penangkaran spesies terancam punah berbasis masyarakat yang dapat menjadi ikon serta daya tarik pengelolan TKL, 8) pengaturan lampu pencahayaan pada area TKL untuk mengurangi gangguan perilaku dan keberadaan satwa, 9) pembersihan area TKL dari sampah yang berasal dari sungai-sungai yang berada di inlet area TKL, 10) penambahan papan informasi tentang ular-ular berbisa serta SOP mitigasi gigitan ular berbisa, 11) Penambahan papan informasi dan larangan penangkapan ikan dan berburu di areal TKL yang ditempatkan pada beberapa titik-titik strategis., 12) pelibatan fasilitator lokal sebagai kader konservasi untuk kegiatan pemantauan dan perlindungan satwa di area TKL, 13) Penguatan basis data dengan penggunaan camera trap untuk potensi pembuktian keberadaan sero ambrang atau berang-berang.
Adapun rekomendasi kegiatan terkait pengelolaan flora di areal TKL yang dapat dilakukan di antaranya pengayaan berbagai spesies tumbuhan untuk mempertahankan indeks keragaman agar tetap tinggi berdasarkan kondisi masing-masing blok. Selain itu, perlu pelabelan secara menyeluruh untuk berbagai pohon yang ada di areal TKL, sehingga dapat bermanfaat sebagai sarana edukasi dan juga akan mempermudah untuk kegiatan pemantauan flora di masa yang akan datang.
Oleh: Iwan Setiawan, Aldio Dwi Putra, Wahab Abdhul Fattah Al’azis, Aulia Nuroktafaedi, Sabiq Rijal Amrulloh, dan Muhamad Rizal