Lebah nirsengat adalah kelompok lebah berukuran kecil yang termasuk dalam kelompok Meloponini dan berkerabat dekat dengan lebah madu. Seperti namanya, famili Apidae ini tidak memiliki sengat (stingless bee).
Salah satu lebah nirsengat yang ada di Indonesia adalah trigona (Heterotrigona itama). Lebah trigona punya banyak sebutan di berbagai daerah di Indonesia. Di Jawa, lebah ini lebih populer dengan sebutan klanceng atau lanceng; di Riau, disebut kelulut; dan di Lampung, disebut gegala. Sementara itu, masyarakat Sunda, Minang, dan Aceh lebih mengenal lebah ini dengan nama teuwel, galo-galo, dan linot.
Seperti lebah pada umumnya, struktur tubuh lebah trigona terbagi ke dalam tiga bagian: kepala, dada (thorax), dan perut (abdomen). Pada bagian dada terdapat dua pasang sayap dan tiga pasang tungkai kaki. Tungkai belakangnya, ada keranjang polen (pollen basket) yang berfungsi menjaga serbuk sari dan propolis dari tumbuhan tetap menempel di kaki.
Tubuh lebah trigona berwarna hitam, di kepalanya ada sepasang mata majemuk dan tiga mata sederhana (oseli). Di dekat matanya ada sepasang antena sebagai organ peraba. Meski tak bersengat, ketika merasa terancam, lebah ini mempertahankan diri dengan mengeluarkan cairan lengket atau menggigit ‘musuhnya’.
Lebah trigona hidup secara eusosial, yaitu perilaku hidup bersama, dengan sistem pembagian kerja. Dalam sistem sosial lebah ada satu (atau terkadang lebih) lebah ratu (queen), ratusan lebah jantan (drone), dan ratusan lebah pekerja (worker). Satu ‘keluarga’ lebah ini disebut satu koloni.
Lebah trigona hidup di lingkungan alami yang ditumbuhi tanaman penghasil nektar, resin, dan serbuk sari. Biasanya, mereka bersarang di lubang-lubang pohon atau bekas sarang semut.
Sebagai agen penyerbuk, lebah trigona berperan penting secara ekologi. Penyerbukan terjadi ketika lebah-lebah mengumpulkan nektar dan serbuk sari. Serbuk sari yang menempel pada lebah lalu jatuh ke putik dan memungkinkan terjadi pembuahan.
Tak hanya itu, lebah-lebah kecil ini juga memberi manfaat ekonomi melalui budidaya lebah nirsengat. Dari budidaya yang disebut meliponikultur ini dapat dipanen madu yang bernilai lebih mahal daripada lebah bersengat. Karena, lebah nirsengat tidak menghasilkan madu yang berlimpah. Madu meloponini lebih banyak kadar airnya dan berasa asam yang khas.
Selain madu, budidaya lebah nirsengat juga menghasilkan beepollen dan propolis. Jika dikelola dengan baik, budidaya lebah ini bisa berkontribusi bagi perekonomian masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar hutan.
Budidaya lebah trigona juga bisa menjadi sarana promosi kawasan, karena setiap kawasan akan menghasilkan produk dengan ciri khas masing-masing.