Di masa modern ini, hewan masih menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Keberadaan hewan memberikan banyak manfaat untuk kita. Mulai dari menyediakan sumber pangan, bahan sandang, hingga menjadi teman sehari-hari sebagai hewan peliharaan.
Kita semua pasti pernah berinteraksi dengan hewan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tapi sadarkah kita, setiap interaksi yang tampak biasa itu, menyimpan banyak risiko tersembunyi — termasuk penularan penyakit?
Dari Hewan ke Manusia
Dalam dunia medis, penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia disebut zoonosis. Istilah zoonosis berasal dari kata zoon berarti hewan dalam Bahasa Yunani Kuno, dan nosos yang berarti penyakit. Zoonosis dapat disebabkan oleh berbagai jenis patogen seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur, dan dapat menjangkiti siapapun tanpa terkecuali. Namun, kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan ibu hamil memiliki risiko lebih besar untuk terkena dampak serius dari infeksi zoonosis.
Zoonosis bisa menular dengan berbagai cara. Beberapa penyakit menyebar melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi. Infeksi dapat terjadi akibat gigitan, cakaran, atau paparan dengan cairan tubuh hewan. Tapi penularan tidak selalu terlihat jelas. Penularan bisa terjadi secara tidak langsung — seperti memakan daging hewan yang terinfeksi, atau minum dari sumber air yang terkontaminasi. Beberapa vektor seperti nyamuk dan kutu juga bisa menjadi perantara, memindahkan patogen dari hewan ke manusia tanpa kita sadari.
Bukan Isu Baru: Zoonosis di Indonesia
Zoonosis bukanlah isu asing di Indonesia. Kita bahkan sudah lama hidup berdampingan dengan ancaman penyakit ini. Salah satu contoh paling dikenal adalah rabies, penyakit mematikan yang menyerang sistem saraf pusat. Rabies biasanya ditularkan melalui gigitan anjing yang terinfeksi, dan tanpa penanganan medis cepat, penyakit ini hampir selalu berujung fatal. Beberapa mamalia lain seperti kucing, monyet, dan kelelawar juga diketahui menularkan penyakit ini.
Kemudian ada flu burung (Avian Influenza), yang sempat menggemparkan Indonesia pada tahun 2005. Penyakit ini dapat menyebar melalui kontak langsung dengan unggas dan konsumsi daging unggas yang tidak matang. Gejala flu burung mulanya serupa dengan flu biasa, namun dapat memburuk menjadi sakit perut hebat dan kegagalan pernapasan.
Selain itu, ada pula leptospirosis, penyakit yang ditularkan melalui urin hewan pengerat seperti tikus, yang mencemari air atau tanah. Leptospirosis kerap merebak saat musim hujan atau banjir, karena air yang tergenang menjadi medium penyebaran bakteri. Gejalanya bisa ringan seperti demam dan nyeri otot, tapi dalam kasus parah dapat menyebabkan sesak napas, pendarahan, dan penyakit kuning.

Bagaimana Kita Mencegah Zoonosis?
Kita memang tidak bisa berhenti berinteraksi dengan hewan. Namun, dengan pencegahan yang tepat, kita bisa tetap aman dari bahaya zoonosis.
Yang paling sederhana, mulailah dari kebiasaan mencuci tangan setelah berinteraksi dengan hewan. Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir setelah berada di dekat hewan, kandang, atau bahkan taman hewan, bisa sangat membantu menekan risiko penularan. Bila air dan sabun tidak tersedia, gunakan hand sanitizer berbasis alkohol minimal 60%.
Jaga kebersihan rumah dan lingkungan untuk menghindari kehadiran vektor zoonosis seperti nyamuk, kutu, dan lalat, karena mereka bisa menjadi perantara berbagai patogen dari hewan ke manusia. Gunakan kelambu atau obat anti-nyamuk saat dibutuhkan, dan bersihkan genangan air atau tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk.
Di skala rumah tangga maupun industri, selalu pantau kesehatan hewan ternak. Hindari kontak langsung dengan hewan yang terindikasi berpenyakit. Ventilasi yang baik, kebersihan pakan dan air, serta pemantauan rutin terhadap kesehatan hewan juga penting untuk mencegah penularan.
Dan yang tak kalah penting adalah waspada terhadap gigitan dan cakaran. Tak semua luka dari hewan tampak serius, tapi bisa menjadi pintu masuk bagi patogen berbahaya. Jika terluka, bersihkan segera dan konsultasikan dengan tenaga medis, terutama bila disebabkan hewan liar yang tidak jelas status kesehatannya.
Zoonosis adalah pengingat bahwa kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan saling berkaitan. Menjaga satu artinya menjaga yang lain. Dengan langkah-langkah kecil yang konsisten, kita bisa menciptakan ruang hidup yang lebih sehat—bukan hanya untuk kita, tapi juga bagi makhluk lainnya yang berbagi bumi ini bersama kita.
Sumber
Centers for Disease Control and Prevention. (2024). About zoonotic diseases. Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/one-health/about/about-zoonotic-diseases.html
Elsohaby, I., & Villa, L. (2023). Zoonotic diseases: understanding the risks and mitigating the threats. BMC veterinary research, 19(1), 186. https://doi.org/10.1186/s12917-023-03736-8
Preventing zoonotic diseases. Preventing Zoonotic Diseases | Research Animal Care and Safety. (2021). https://animalcare.illinois.edu/standards/preventing-zoonotic-diseases
Arccinirmala, D. (2023). Kasus Rabies Meningkat, Ketahui Gejala dan penanganannya. KalbeMed. https://kalbemed.com/article/kasus-rabies-meningkat-ketahui-gejala-dan-penanganannya-1