Status Harimau di Titik Kritis, Inilah Peran Mereka Bagi Hutan

KOMPAS.com – Harimau sumatra ( Panthera tigris sumatrae ) adalah subspesies terakhir yang tersisa di Indonesia. Ratusan tahun lalu memang ada harimau bali ( Panthera tigris balica ) dan harimau jawa ( Panthera tigris sondaica ), namun sudah dianggap punah.

Harimau bali dinyatakan punah pada 27 September 1937 dan harimau jawa sudah punah sejak 1980-an. Habitat tak tertunda yang tersisa dari perburuan dan habitat yang tersisa. Hal yang sama sekarang sedang mengincar harimau sumatra.

Sejak 2008 spesies ini telah diterbitkan dalam kelompok terancam punah oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN), statusnya kritis. Sebuah studi yang diterbitkan jurnal Nature Communications , Selasa (5/12/2017), menyatakan terkait partisipasi sumatra telah berhasil menurunkan drastis.

Pada 2000 jumlah populasi harimau di alam pembohong sebanyak 742 ekor. Angka ini turun menjadi 618 pada 2012. “Kalau menurut pantauan hasil analisis 2015, (populasinya) sekarang ada 600-an ekor,” kata Munawar Kholis, Ketua Forum HarimauKita (FHK), saat dihubungi Kompas.com , Senin ( 5/3) 2018). Ia menjelaskan 600 ekor harimau sumatra yang telah tersebar di seluruh hutan Sumatera.

Mari kita bagi hutan di Indonesia menjadi dua kelompok, yaitu hutan yang luas dan hutan yang mendukung kecil atau ketat.

Hutan yang disebut sempit itu luasnya kurang dari 1.000 kilometer persegi atau 100.000 hektar. “Harimau dewasa (jantan) bisa menjelajah 25.000 hektar (250 kilometer persegi) hutan untuk berburu, sedangkan harimau betina sepertiganya. Saat harimau berada di hutan yang kecil, ia bisa pergi ke luar dari hutan dan masuk ke pemukiman penduduk,” ujar Munawar.

Selain itu, mengubah perkebunan juga mengubah kehidupan harimau. Munawar mengatakan tidak masalah harimau hidup di perkebunan, hewan lain seperti babi hutan juga bisa hidup di perkebunan. Namun, semakin meningkat ini yang membuat interaksi antara harimau dan manusia meningkat.

Saat interaksi meningkat, kemungkinan untuk hewan langka ini diburu dan munculnya konflik antara harimau dan manusia semakin besar. Inilah yang membuat status harimau berada di titik kritis. Perburuan dan perdagangan masih merajalela, ditambah tidak munculnya efek jera.

Kehidupan harimau sumatra

Munawar berkata harimau sumatra betina akan melahirkan tiga sampai lima anak dalam tiga tahun sekali. Sayangnya dari tiga sampai lima bayi harimau, yang bisa bertahan hidup hingga dewasa rata-rata hanya satu harimau saja.

Di saat hamil, induk harimau akan mengasingkan diri dari kelompoknya. “Harimau (sumatra) betina kalau sedang hamil ia akan pergi ke hutan lain supaya (anak-anaknya setelah lahir) aman dari (harimau) pejantan lain. Ia akan menjaga anak-anaknya sampai dirasa cukup mandiri,” katanya.

“Ini perilaku yang dilakukan harimau betina. Saat harimau betina melahirkan, biasanya harimau jantan akan membunuh bayi harimau yang baru lahir. Mungkin hal ini dilakukan agar harimau betina birahi dan mau kawin lagi. Sebab itu (untuk menjaga anak-anaknya), harimau betina memilih pergi ke hutan lain,” sambungnya.

Sebelum harimau betina hamil, harimau jantan harus melakukan pendekatan dengan harimau betina selama tiga sampai sembilan minggu. Dalam jangka waktu ini, harimau jantan dan pasangannya akan terus bersama sampai harimau betina hamil. Masa hamil harimau sekitar 95 sampai 110 hari.

Saat bayi harimau lahir mata mereka tertutup dan baru membuka pada usia kurang lebih dua minggu. Dalam masa pengasingannya, induk harimau baru akan mengajari anak-anaknya berburu di alam bebas ketika berusia lima sampai enam bulan. Sang induk benar-benar akan melepaskan anaknya saat mereka dirasa sudah mampu berburu sendiri, kira-kira sampai berumur 1,5 sampai 2 tahun.

Salah satu yang menarik dari hewan ini menurut Munawar adalah mereka memiliki alat komunikasi yang unik. Tak hanya lewat suara yang mengaum dan ekor yang dapat menyampaikan berbagai macam emosi, harimau juga berkomunikasi lewat aromanya.

Ya, harimau mampu mencium aroma kawanannya. Menurut Munawar hal ini dihasilkan dari kelenjar yang ke luar bersamaan dengan air kencingnya. “Ini juga dapat digunakan untuk melacak harimau ada di mana, aromanya tercium,” katanya.

Harimau penjaga ekosistem hutan

Dengan menyelamatkan harimau, sebenarnya kita ikut membantu menyelamatkan ekosistem dan habitat hutan yang besar. Sebagai predator puncak dalam rantai makanan di habitatnya, bila populasi harimau terus merosot maka kestabilan rantai makanan akan terganggu dan menyebabkan berbagai perubahan ekosistem.

Munawar berkata bila harimau aman dari kepunahan maka kondisi hutan akan terjaga dan seimbang. “Harimau membantu terjaganya kesehatan sistem ekologi,” katanya. Jangan lupakan bahwa hutan juga memiliki fungsi sebagai daerah tangkapan air dan paru-paru dunia yang sangat dibutuhkan manusia.

 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Harimau Sumatera, Predator Buas yang Bantu Hutan Tetap Lestari”

https://sains.kompas.com/read/2018/03/05/190200023/harimau-sumatera-predator-buas-yang-bantu-hutan-tetap-lestari?page=all.

Penulis: Gloria Setyvani Putri

Scroll to Top