Plastik: Solusi Hijau Untuk Bumi Lestari

Jangan salah sangka dulu membaca judulnya. Hari ini, plastik memang identik dengan pencemaran. Tapi siapa sangka, dulu, plastik pernah dielu-elukan sebagai pahlawan — bahkan dianggap “ramah lingkungan” pada masanya.

Plastik Menyelamatkan Gajah

Pada akhir abad ke-19, gading gajah digunakan sebagai bahan baku untuk berbagai barang, mulai dari bola biliar, sisir, hingga kancing. Akibatnya, perburuan gajah dilakukan secara masif demi memenuhi kebutuhan manusia. Kita membutuhkan solusi, agar kebutuhan manusia tidak terus mengorbankan lebih banyak gajah lagi.

Pada tahun 1869, John Wesley Hyatt menciptakan plastik sintetis pertama yang disebut seluloid[1]. Material ini dibuat dari selulosa kapas yang dicampur kamper, dan bisa meniru bahan alam seperti gading, cula, dan tempurung kura-kura. Penemuan ini dianggap revolusioner — untuk pertama kalinya, manusia bisa membuat bahan pengganti sumber daya alam yang terbatas.

Plastik untuk Kehidupan Modern

 

Leo Hendrik Baekeland | sumber foto: plasticseurope.org

Pada tahun 1907, Leo Baekeland menemukan bakelit, plastik sintetis pertama yang benar-benar tidak mengandung bahan alami[1]. Penemuannya itu dibuat sebagai pengganti shellac, bahan alami dari serangga yang dulunya dipakai sebagai isolator listrik.

Produksi plastik melonjak tajam selama Perang Dunia I dan II. Sifatnya yang ringan dan tahan air, serta harganya yang murah, menjadikan plastik sebagai bahan baku ideal untuk memenuhi kebutuhan militer dalam jumlah besar.

Setelah perang berakhir, plastik mulai masuk ke ranah domestik: sebagai kantong belanja, perabot rumah, mainan, hingga pembungkus makanan. Kehadiran plastik dianggap sebagai solusi atas keterbatasan bahan alam, memungkinkan produksi massal dan akses barang yang lebih merata.

Jaga Pohon, Pakai Kantong Plastik

Selama lebih dari satu abad, kantong kertas menjadi andalan toko-toko dalam membungkus barang belanjaan. Namun, pada tahun 1965, seorang insinyur Swedia bernama Sten Gustaf Thulin mematenkan kantong belanja plastik dari polyethylene[2]. Tujuannya? Mengurangi deforestasi akibat produksi kantong kertas. Ia percaya bahwa kantong plastik, yang lebih kuat dan bisa dipakai ulang, bisa menjadi solusi untuk menyelamatkan pohon-pohon[3].

sumber foto: machinepoint.com

Dan benar saja, pada tahun 1979, kantong plastik telah menguasai 80% pasar di Eropa, lalu menyebar ke Amerika dan negara-negara lain[2[.

Tahun 1982, dua raksasa supermarket di AS, Safeway dan Kroger, resmi beralih ke kantong plastik. Meski awalnya belum disukai pembeli, plastik terbukti lebih murah daripada alternatif lainnya. Perlahan, toko-toko lain pun mengikuti[2[.

Pada akhir 1980-an, kantong plastik nyaris sepenuhnya menggantikan kantong kertas di seluruh dunia. Dan sejak itu — seperti yang kita tahu — plastik benar-benar ada di mana-mana.

Apa Salah Plastik?

Dulu, plastik mempermudah hidup kita. Ia pernah dianggap sebagai material masa depan. Sifatnya yang ringan, tahan lama, murah, dan mudah dibentuk menjadikan plastik material serba guna: dari wadah makanan, mainan anak, hingga alat medis sekali pakai yang menurunkan risiko infeksi.

Dalam dunia industri, plastik menggantikan logam dan kaca — membuat mobil lebih ringan, pesawat lebih hemat bahan bakar, dan kabel listrik lebih aman. Yang paling penting, plastik menjanjikan demokratisasi barang: yang dulunya mahal dan eksklusif, jadi bisa diakses oleh lebih banyak orang. Kehadirannya membuat hidup tampak lebih praktis dan terjangkau bagi semua kalangan.

Tapi sekarang, plastik menghadapkan kita pada krisis iklim, pencemaran laut, dan begitu banyak masalah kesehatan.

Jadi, apa yang salah dengan plastik?

Plastik tidak bersalah. Yang keliru adalah cara manusia memanfaatkannya: berlebihan, sembarangan, dan tanpa mempertimbangkan dampaknya. Produksi plastik yang terus meningkat tidak dibarengi dengan sistem daur ulang dan manajemen limbah yang memadai.

Di masa depan nanti, akan ada lebih banyak material alternatif yang lebih hijau dan berkelanjutan daripada plastik hari ini. Tapi tak akan pernah ada satu material ajaib yang bisa menyelesaikan persoalan utamanya: nafsu konsumtif manusia.

 

Sumber

[1] History and Future of Plastic. Science History Institute. (n.d.). https://www.sciencehistory.org/education/classroom-activities/role-playing-games/case-of-plastics/history-and-future-of-plastics/

[2] From birth to ban: A history of the plastic shopping bag. UN Environment Programme. (2021). https://www.unep.org/news-and-stories/story/birth-ban-history-plastic-shopping-bag

[3] Weston, P. (2019). Plastic bags were created to save the planet, according to son of engineer who first created them. The Independent. https://www.independent.co.uk/climate-change/news/plastic-bags-pollution-paper-cotton-tote-bags-environment-a9159731.html

Scroll to Top