MIKROPLASTIK: Serpihan Kecil dengan Dampak Besar

Meski Nyaris Tak Terlihat, Partikel Mikroplastik Ada di Mana-Mana. Bahkan di Tubuh Kita.

Saat ini, tubuh manusia sudah tercemari oleh plastik (Yuan et al., 2022). Bukan plastik dalam bentuk botol atau kantung, melainkan serpihan kecil tak kasatmata yang dikenal sebagai mikroplastik. Mikroplastik adalah potongan plastik berukuran kurang dari 5 mm — terbentuk dari pecahan plastik besar yang terurai di alam, atau langsung diproduksi dalam ukuran kecil, seperti yang terdapat pada produk kosmetik dan industri.

Tanpa disadari, partikel mikroplastik tersebar luas: di udara yang kita hirup, air yang kita minum, hingga makanan yang kita konsumsi. Sumbernya pun beragam — dari gesekan ban kendaraan di jalanan, serat pakaian berbahan sintetis, hingga pembusukan kemasan plastik sekali pakai (Hammer et al., 2012).

 

Terbawa ke Laut

Banyak dari partikel mikroplastik akhirnya terbawa aliran sungai ke laut. Di sana, mikroplastik termakan oleh plankton, ikan kecil, dan akhirnya predator besar — termasuk manusia sebagai bagian akhir rantai makanan.

Studi Kühn & van Franeker (2020) mencatat bahwa lebih dari 900 spesies laut terdampak plastik, termasuk 701 spesies yang menelan plastik. Bahkan, 41% individu burung laut yang diteliti ditemukan mengandung partikel plastik — rata-rata 9,9 partikel per ekor.

Ketika plastik memasuki tubuh hewan, ia bisa menyebabkan luka dalam, penyumbatan, dan gangguan nutrisi. Bukan hanya mencemari lautan, mikroplastik juga mengganggu ekosistem secara keseluruhan.

Berakhir di Tubuh Manusia

Lalu, bagaimana dengan kita? Mikroplastik masuk ke tubuh manusia melalui konsumsi seafood, air minum, bahkan udara rumah. Ukurannya yang sangat kecil memungkinkan mereka melewati sistem pertahanan tubuh.

Yuan et al. (2022) menyebut bahwa partikel <150 mikron bisa menembus dinding usus dan menyebar ke organ vital, seperti hati dan otak. Bahkan lebih mengejutkan lagi, Kopatz et al. (2023) menemukan bahwa nanoplastik dapat menembus sawar otak dalam waktu 2 jam setelah tertelan, dalam studi pada tikus.

Paparan jangka panjang dapat menyebabkan gangguan hormon, kerusakan saraf, dan risiko kanker. Mikroplastik bukan cuma polusi — tapi juga ancaman bagi kesehatan manusia.

Kita Perlu Solusi

Masalah mikroplastik tidak bisa diselesaikan dengan satu solusi tunggal. Kita butuh pendekatan sistemik: mengurangi produksi plastik sekali pakai, memperbaiki pengelolaan limbah, dan memperkuat riset tentang dampaknya. Yang terpenting: kita perlu mengubah cara hidup kita yang terlalu bergantung pada plastik.

 

 

Sumber

BRIN. (2023). Penanganan Mikroplastik Perlu Metode Standar Berskala Global. https://brin.go.id/news/116630/penanganan-mikroplastik-perlu-metode-standar-berskala-global

Hammer, J., Kraak, M. H., & Parsons, J. R. (2012). Plastics in the marine environment: the dark side of a modern gift. Reviews of Environmental Contamination and Toxicology, 220, 1–44. https://doi.org/10.1007/978-1-4614-3414-6_1
Kopatz, V., Wen, K., Kovács, T., Keimowitz, A. S., Pichler, V., Widder, J., Vethaak, A. D., Hollóczki, O., & Kenner, L. (2023). Micro- and Nanoplastics Breach the Blood–Brain Barrier (BBB): Biomolecular Corona’s Role Revealed. Nanomaterials, 13(8), 1404. https://doi.org/10.3390/nano13081404
Kühn, S., & van Franeker, J. A. (2020). Quantitative overview of marine debris ingested by marine megafauna. Marine Pollution Bulletin, 151, 110858. https://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2019.110858
WWF Indonesia. (n.d.). Proses Terbentuknya Mikroplastik dan Dampaknya. https://plasticsmartcities.wwf.id/feature/article/proses-terbentuknya-mikroplastik-dan-dampaknya
Yuan, Z., Nag, R., & Cummins, E. (2022). Human health concerns regarding microplastics in the aquatic environment – from Marine to Food Systems. Science of The Total Environment, 823, 153730. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2022.153730

Scroll to Top