Dari Ekosistem untuk Ekonomi: Mengubah Restorasi Jadi Rezeki

Kita tumbuh dengan ajakan seperti “Ayo jaga lingkungan!” yang terus diulang dari sekolah hingga kampanye publik. Namun, seiring waktu, kita seolah dipaksa menerima narasi bahwa kerusakan lingkungan adalah harga yang harus dibayar demi pertumbuhan ekonomi. Industri—terutama yang bersifat ekstraktif—mengonsumsi banyak sumber daya: lahan, air, dan energi. Aktivitasnya seringkali menghasilkan emisi karbon dan polusi yang merusak. Akibatnya, alam kerap menjadi korban dalam proses pembangunan.

Lalu, bagaimana caranya menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan keberlanjutan lingkungan? Salah satu jawabannya adalah melalui restorasi ekosistem. Tapi muncul pertanyaan: apakah masuk akal jika keuntungan ekonomi harus “dikorbankan” untuk memperbaiki alam yang mungkin bisa pulih sendiri?

Apa Itu Restorasi Ekosistem?

Menurut Society for Ecological Restoration (SER), restorasi ekosistem adalah proses membantu pemulihan ekosistem yang rusak atau terdegradasi akibat aktivitas manusia. Meskipun alam memiliki kemampuan regenerasi, proses ini bisa sangat lambat atau bahkan terhenti. Restorasi hadir untuk mempercepat dan mengarahkan pemulihan ekosistem, agar fungsinya kembali optimal.

Berbagai pendekatan bisa dilakukan dalam kegiatan restorasi, seperti:

  • Penanaman kembali vegetasi asli

  • Pengendalian spesies invasif

  • Pemulihan aliran air alami

  • Reintroduksi satwa liar ke habitatnya

Tujuan utamanya adalah memulihkan keanekaragaman hayati, memperbaiki siklus air dan nutrisi, serta mengembalikan jasa lingkungan seperti penyerapan karbon, pengendalian banjir, hingga penyediaan sumber pangan dan air bersih.

Restorasi Ekosistem = Peluang Ekonomi

Kabar baiknya, restorasi ekosistem tidak hanya menyelamatkan lingkungan—tapi juga menciptakan peluang ekonomi berkelanjutan. Ekosistem yang sehat mendukung ketahanan pangan, memperkuat mata pencaharian, dan mendorong sektor-sektor ekonomi lokal tumbuh.

Contohnya:

  • Pertanian: Restorasi lahan meningkatkan kesuburan tanah dan kualitas air, sehingga hasil panen naik dan biaya produksi turun.

  • Perikanan: Pemulihan ekosistem pesisir seperti mangrove dan terumbu karang menyediakan habitat ikan, yang berdampak langsung pada meningkatnya hasil tangkapan nelayan.

  • Ekowisata: Alam yang terjaga menarik wisatawan. Hal ini membuka peluang usaha baru, mulai dari kuliner lokal, kerajinan tangan, penginapan ramah lingkungan, hingga jasa pemandu wisata.

Dengan kata lain, restorasi tidak sekadar mengembalikan alam, tapi juga membuka lapangan kerja dan menambah pendapatan masyarakat.

Saatnya Ubah Paradigma

Sudah saatnya kita mengubah cara pandang. Restorasi ekosistem bukan penghambat pembangunan, tetapi justru fondasi dari ekonomi yang berkelanjutan. Dengan melibatkan masyarakat lokal, pelaku usaha, dan pembuat kebijakan, kita bisa mendorong model pembangunan yang ramah lingkungan dan inklusif.

Mari kita yakini bersama: dari ekosistem yang pulih, akan lahir rezeki yang lestari. Demi masa depan bumi, dan generasi yang akan mewarisinya.

Penulis: Umar Ahmad Muslih

Scroll to Top