Bagaimana laut jadi tempat sampah dunia dan apa dampaknya ke ekosistem?
Laut selalu jadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Sejak dulu, nenek moyang kita mengagungkan laut sebagai ruang yang sakral — laut adalah rumah, ruang hidup, dan penyedia kebutuhan. Tapi kini, laut yang dulu dimuliakan, justru berubah menjadi tempat pembuangan akhir.
Semacam TPA raksasa, dengan lebih dari 30 juta ton sampah plastik yang mengambang, tenggelam, atau terombang-ambing di samudera.
Bagaimana kita bisa sampai di titik ini?
The Great Pacific Great Garbage

Di utara Samudera Pasifik, terbentuk pusaran arus laut raksasa yang dikenal sebagai The Great Pacific Garbage Patch — salah satu kawasan dengan konsentrasi sampah plastik tertinggi di dunia. Kawasan ini bukan pulau sampah padat seperti yang sering dibayangkan, melainkan lautan luas yang dipenuhi oleh jutaan ton serpihan plastik dan limbah ringan lainnya yang terperangkap dalam sistem arus pusaran. Sampah-sampah ini terus menumpuk, menciptakan “sup plastik” raksasa yang sulit dibersihkan.
Pusaran ini terbentuk akibat pertemuan arus laut dari berbagai penjuru Pasifik, menciptakan perangkap alami bagi sampah yang terbawa dari pesisir Asia, Amerika Utara, dan pulau-pulau di sekitarnya. Studi memperkirakan sekitar 1,8 triliun potong plastik mengambang di area ini, dengan luas setara tiga kali pulau sumatera. Selain mencemari laut, keberadaan plastik dalam jumlah besar ini mengancam ribuan spesies laut yang hidup di sekitarnya, mulai dari plankton hingga paus. Hewan-hewan laut dapat menelan atau tersangkut plastik, yang menyebabkan luka dalam, gangguan pencernaan, hingga kematian.
Dari Darat ke Laut

Setiap tahun, dunia memproduksi lebih dari 400 juta ton plastik, dan jumlah ini terus meningkat. Hanya 9% dari limbah plastik yang benar-benar berhasil didaur ulang. Sisanya berakhir di tempat pembuangan akhir — atau lebih buruk lagi, bocor ke lingkungan.
Menurut laporan OECD (2022), sekitar 22% limbah plastik dunia dibuang sembarangan atau dikelola dengan buruk. Dari jumlah ini, sebagian besar akan terbawa angin dan aliran air, masuk ke sungai dan berakhir di laut.
Setiap tahunnya, sekitar 6,1 juta ton plastik terlepas ke badan air. Sebanyak 1,7 ton di antaranya hanyut ke lautan, dan sisanya terus menumpuk di muara dan dasar sungai — menunggu giliran menyusul ke laut dalam beberapa dekade mendatang.
Apa Saja yang Ada di Laut
Sampah plastik di laut bukan cuma botol kosong dan kantong belanja. Sebagian besar yang ditemukan adalah:
- Kantong dan kemasan plastik sekali pakai
- Peralatan memancing yang hilang atau dibuang (ghost gear)
- Puntung rokok, sedotan, pembungkus makanan
- Mikroplastik, partikel plastik kecil dengan ukuran kurang dari 5 milimeter yang berasal dari serpihan plastik besar
Plastik di laut bisa mengambang di permukaan, melayang di kolom air, atau tenggelam ke dasar, tergantung jenis dan beratnya.
Laut Bukan Tempat Sampah
Kenapa semua ini harus jadi perhatian kita?
Karena kita semua bergantung pada laut. Laut memproduksi paling tidak setengah dari oksigen yang kita hirup, menyerap karbon penyebab pemanasan global, dan membantu mengatur suhu bumi.
Laut juga menyediakan sumber pangan utama bagi lebih dari 1 miliar orang di dunia, dan menopang mata pencaharian jutaan nelayan serta komunitas pesisir.
Fakta dari FAO (2022) menunjukkan bahwa secara global, pangan akuatik menyediakan 17% asupan protein hewani dan 7% dari total protein. Bagi 3,3 miliar orang, pangan laut menyediakan setidaknya 20% asupan protein hewani harian. Di negara seperti Indonesia, angka ini bisa mencapai lebih dari 50%.
Laut bukan tempat sampah, dan tidak seharusnya menjadi tempat sampah. Menjaga laut adalah tanggung jawab bersama untuk melindungi sistem kehidupan yang menopang begitu banyak makhluk — termasuk kita.
Sumber
FAO. (2022). The State of World Fisheries and Aquaculture 2022. Food and Agriculture Organization of the United Nations. https://www.fao.org/documents/card/en/c/cc0461en
Kühn, S., & van Franeker, J. A. (2020). Quantitative overview of marine debris ingested by marine megafauna. Marine Pollution Bulletin, 151, 110858. https://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2019.110858
OECD. (2022). Global Plastics Outlook: Economic Drivers, Environmental Impacts and Policy Options. OECD Publishing. https://doi.org/10.1787/de747aef-en
National Geographic. (n.d.). Great Pacific Garbage Patch. https://education.nationalgeographic.org/resource/great-pacific-garbage-patch
EU4Ocean. (n.d.). 7 Reasons Why You Should Love the Ocean. https://webgate.ec.europa.eu/maritimeforum/en/node/6837