Di setiap aksi rehabilitasi, masyarakat lokal adalah kunci. Sebab, mereka lah yang selalu berada di sana — menyaksikan, merawat, dan menjaga ekosistem yang perlahan dipulihkan. Mereka bukan sekadar pelaksana. Mereka adalah prajurit-prajurit pesisir, garda terdepan bagi hutan mangrove.
Dalam melakukan rehabilitasi ekosistem, dibutuhkan lebih dari sekadar bibit dan lahan. Perlu ada kolaborasi, pengetahuan, dan komitmen bersama. Melalui dukungan pendanaan dari BRI Peduli, PILI Green Network berkolaborasi dengan Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kabupaten Rote Ndao, Kelompok Pengawas Perikanan (Pokmaswas) akan melaksanakan program penanaman mangrove di Desa Oelua Kecamatan Loaholu dan Desa Sotimori Kecamatan Landu Leko, Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan ini menjadi bagian dari kontribusi nyata mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya pada aspek penanganan perubahan iklim dan perlindungan ekosistem darat dan pesisir.
Membentuk Tim Rehabilitasi
Setelah menetapkan area penanaman di masing-masing desa, langkah berikutnya adalah membentuk tim pelaksana penanaman. Tim ini berfungsi sebagai wadah koordinasi lintas pihak, untuk memastikan kegiatan penanaman berjalan sesuai rencana dan target dapat tercapai tepat pada waktunya.
Proses pembentukan tim dilakukan dengan pendekatan kolaboratif, yang melibatkan pemerintah desa, pokmaswas, serta Yayasan PILI sebagai fasilitator. Pendekatan ini penting, agar tumbuh rasa kepemilikan di antara masyarakat lokal. Dengan begitu, program rehabilitasi tidak sekadar menjadi kegiatan sesaat, tetapi bisa dilaksanakan dengan penuh komitmen dan berkelanjutan hingga masa mendatang.
Struktur tim pun dibentuk lengkap, terdiri dari Ketua Pelaksana yang memimpin jalannya program, Sekretaris dan Bendahara yang mengatur administrasi dan keuangan, Koordinator Pembibitan yang memastikan ketersediaan bibit, Koordinator Penanaman yang memimpin kegiatan tanam di lapangan, Koordinator Sarana dan Logistik yang mengatur peralatan, serta Koordinator Pengawasan yang memantau perkembangan dan mencatat temuan lapangan.
Setiap orang di dalam tim punya tugas dan tanggung jawab yang berbeda. Namun, semua bagian itu saling mengisi. Semuanya penting dengan perannya masing-masing.
Pelatihan Teknis Rehabilitasi
Setelah tim terbentuk, langkah selanjutnya adalah membekali masyarakat dengan keterampilan teknis. Pelatihan teknis rehabilitasi mangrove diberikan kepada pokmaswas oleh fasilitator Yayasan PILI dan penyuluh dari KPH Kabupaten Rote Ndao. Para peserta tidak hanya diajarkan cara mengenali jenis mangrove yang tepat, tetapi juga belajar teknis pembibitan, penanaman, hingga perawatan bibit mangrove pasca-tanam.
Uniknya, pelatihan ini juga mengangkat kearifan lokal yang relevan. Misalnya, pemasangan pelepah lontar pada setiap bibit mangrove untuk mengantisipasi tantangan air pasang yang dapat mencapai 1,8 meter di Desa Sotimori. Pelepah ini terbukti efektif dalam menahan arus dan melindungi bibit saat air pasang, dengan pemasangan menghadap ke arah datangnya arus.

Dengan pelatihan ini, tim pokmaswas bukan hanya siap menanam, tapi juga siap menjaga dan memastikan tingkat keberhasilan tumbuh mencapai target yang ditetapkan, yaitu sebesar 75% dari bibit yang ditanam.
Metode dan Aksi Penanaman
Perencanaan teknis penanaman mangrove dirancang berdasarkan hasil diskusi bersama dengan masyarakat dan mitra lokal di masing-masing desa. Jenis mangrove yang akan ditanam pun ditentukan dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan dan ketersediaan bibit di lapangan.
Di Desa Sotimori, jenis yang diprioritaskan adalah Rhizophora mucronata dan Ceriops tagal, sebab keduanya relatif lebih kuat terhadap kondisi tapak. Sementara di Desa Oelua, digunakan pendekatan pola tanam jalur berlapis, yaitu barisan paling depan ditanami Sonneratia alba yang toleran terhadap genangan pasang, diikuti dengan Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, dan jenis lainnya ke arah darat.
Kegiatan pembibitan dilakukan langsung oleh masyarakat setempat. Di Desa Sotimori, pembibitan sudah dimulai sejak Juli 2025, dengan 400 bibit Rhizophora mucronata yang mulai dikumpulkan dan disemai di sekitar pemukiman, sekitar 4 km dari lokasi tanam. Sementara itu, di Desa Oelua, pembibitan direncanakan pada Agustus hingga September 2025, dan akan dilakukan di area pasang surut yang berada dekat hutan mangrove agar memudahkan proses tanam. Untuk mencegah gangguan hewan ternak yang bisa merusak bibit, kelompok Pokmaswas di Sotimori berinisiatif membangun pagar kayu sepanjang 560 meter dengan tinggi 1,5 meter di sekitar area tanam.
Bibit mangrove diperoleh dari pengumpulan propagul sehat dari tegakan induk terdekat, maksimal 5 km dari lokasi. Ciri propagul yang baik antara lain bebas hama dan jamur, tidak cacat, dan berwarna coklat kehijauan yang menandakan kematangan fisiologis. Media persemaian menggunakan polybag berisi campuran lumpur dan pasir dengan tinggi ±16 cm. Propagul ditancapkan sekitar 2/3 panjangnya dan disiram setiap hari. Bibit akan dipelihara selama 2–3 bulan sebelum dipindahkan ke area tanam.

Penanaman dilakukan dengan pola strip atau jalur dengan jarak tanam 1×1 meter. Pola ini disepakati karena dianggap efektif untuk mempertahankan kelembapan tanah dan mempercepat proses penutupan kanopi. Dalam satu hektar lahan, jumlah bibit yang digunakan akan disesuaikan antara 3.300 hingga 10.000 batang, tergantung pada kondisi tapak di lapangan. Aksi penanaman pertama dilakukan oleh tim di Desa Sotimori, dengan 400 bibit di demplot sebagai awal kegiatan rehabilitasi.
Sinergi untuk Masa Depan Pesisir
Rehabilitasi ekosistem bukan hanya soal menanam pohon, tapi juga tentang membangun kepercayaan, berbagi peran, dan menjaga semangat kebersamaan. Pembentukan tim pelaksana penanaman di Rote Ndao menunjukkan bagaimana sinergi masyarakat, pemerintah, dan mitra lainnya dapat berjalan bersama, menuju tujuan yang sama.
Kolaborasi yang terjalin bukan sekadar teknis, tapi juga emosional. Masyarakat dilibatkan bukan sebagai pelaksana, tapi sebagai penjaga masa depan pesisir mereka sendiri. Dari sini tumbuh harapan: bahwa mangrove yang ditanam hari ini, akan tetap berdiri tegak esok hari.