Siapa disini yang harinya belum lengkap tanpa secangkir kopi?
Jika kamu salah satunya, berarti kamu tidak sendirian. Dari warung kopi sederhana di gang kecil sampai kafe estetik yang jadi tempat nongkrong anak muda, ngopi sudah jadi bagian dari keseharian banyak orang Indonesia. Tapi pernah kepikiran tidak, kenapa sih kopi bisa begitu melekat sampai-sampai terasa mendarah daging dalam budaya kita? Yuk, kita telusuri dari sejarahnya, peran ekonominya, sampai gimana ngopi sekarang jadi kebiasaan masa kini.
Sejarah Kopi yang Pahit Manis

Selain punya rasa pahit dan manis, kopi juga punya kisah yang pahit dan manis. Bermula era kolonial Belanda di akhir abad ke-17. Tanaman kopi dibawa ke Indonesia dan ditanam secara besar-besaran, hingga membuat Nusantara dikenal sebagai salah satu produsen kopi terbesar di dunia. Selama ratusan tahun kopi justru lebih sering keluar negeri sebagai komoditas ekspor daripada diminum di tanah air. Perlahan, kopi yang hanya barang dagangan mulai diminati oleh masyarakat.
Uniknya setiap daerah punya cara untuk menikmati kopi, seperti Kopi Joss di Yogyakarta yang diseduh dengan arang panas, atau Kopi Tarik di Aceh. Keunikan ini menunjukkan pengaruh budaya Eropa, Tiongkok, Melayu, serta tradisi lokal seperti Jawa dan Sumatra.
Kopi sebagai penggerak ekonomi lokal
Indonesia adalah salah satu penghasil kopi terbesar di dunia. Perkebunan kopi yang ditanam hingga diekspor, jutaan orang di daerah penanam seperti Sumatera, Sulawesi, dan Papua bergantung pada kopi untuk menghidupi keluarganya. Lahan perkebunan kopi di Indonesia tahun 2022 mencapai sekitar 1,29 juta hektar , dan produksi biji kopi kering mencapai 794,8 ribu ton. Menariknya, hampir 1,26 juta hektar dari lahan itu dikelola oleh petani kecil, sementara perusahaan besar dan pemerintah hanya mengelola sebagian kecil saja.Tentunya selain nilai ekspor, kopi juga menopang ekonomi masyarakat kecil untuk menghidupi kehidupan sehari-hari.
Ngopi, dari kebutuhan jadi gaya hidup
Sekitar 10–15 tahun terakhir, kebiasaan ngopi berubah dari sekadar rutinitas pagi menjadi bagian dari gaya hidup, terutama di kota. Kedai kopi lokal, kafe waralaba, hingga starling atau penjual kopi keliling bermunculan di mana-mana. Perkembangan ini juga mendorong petani makin peduli kualitas kopinya, roaster dan barista barista yang kini dipandang sebagai profesi bergengsi bermunculan, sementara kedai kopi jadi ruang kreatif dan komunitas anak muda. Kini, ngopi bukan cuma soal minuman, tapi juga ruang ide, interaksi, dan peluang usaha yang terus tumbuh.
Kopi Lebih dari Sekadar Minuman
Kopi di Indonesia punya cerita panjang yang menyatukan sejarah, ekonomi, dan kehidupan sehari-hari. Dari secangkir kopi hitam di warung sampai gambar latte di kafe modern, ngopi selalu jadi bagian dari budaya kita yang terus berkembang. Jadi, setiap kali kamu menyeruput kopi, ingatlah bahwa di balik rasanya ada jejak sejarah, kerja keras petani, dan kisah panjang yang membuat kopi begitu melekat dalam hidup orang Indonesia.
Refrensi
Fitriani, D. (2023). Eksistensi budaya minum kopi dari era kolonial hingga era modern. Daya Nasional: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora, 1(3), 114–119. https://doi.org/10.26418/jdn.v1i3.70369
FTNews. (2023, November 20). Indonesia Jadi Penghasil Ketiga Kopi Dunia, 80 Persennya Robusta. FTNews. https://ftnews.co.id/indonesia-jadi-penghasil-ketiga-kopi-dunia-80-persennya-robusta
AEKI-AICE. (n.d.). Data konsumsi kopi harian Indonesia. AEKI-AICE. https://www.aeki-aice.org/data-konsumsi-kopi-harian-indonesia/