Hutan Hujan: Paru-Paru Dunia?

Dari oksigen, iklim, sampai keanekaragaman hayati yang luar biasa

 

Hutan hujan tropis adalah paru-paru dunia. Julukan ini diberikan karena hutan hujan berperan dalam menghasilkan oksigen melalui fotosintesis. WWF menyebutkan bahwa hutan tropis menghasilkan lebih dari 40% oksigen dunia, sementara beberapa sumber lain memperkirakan angkanya antara 25–30%. Semuanya merupakan angka yang besar. Tapi, benarkah kita tidak bisa bernapas tanpa hutan?

Faktanya, hampir seluruh oksigen yang dihasilkan hutan dikonsumsi kembali oleh hutan itu sendiri dan oleh organisme lain yang hidup di dalamnya. Mayoritas oksigen di atmosfer saat ini bukan berasal dari hutan—atau bahkan laut, melainkan akumulasi dari proses alam selama jutaan tahun. Jadi, secara langsung, hutan hujan memang bukan penyumbang utama oksigen bebas di atmosfer. Lalu, apakah hutan hujan masih penting?

Lebih dari sekadar penghasil oksigen, hutan hujan tropis juga berperan besar dalam menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Setiap tahun, hutan menyerap sekitar sepertiga dari emisi karbon manusia. Tanpa hutan tropis, suhu global rata-rata bisa 0,5°C lebih tinggi dari sekarang. Ketika pohon-pohon ditebang, seluruh karbon yang telah disimpan selama bertahun-tahun dapat terlepas kembali ke atmosfer, memperparah pemanasan global.

Tak hanya itu, hutan hujan juga memberikan berbagai jasa lingkungan lain. Ia menjaga siklus air, menyerap dan menyimpan air hujan, lalu melepaskannya perlahan ke tanah dan sungai. Ini menjadikan hutan sebagai penyedia air bersih yang stabil, terutama saat musim kemarau. Akar-akar pohon menahan tanah dari erosi, sementara kanopi lebat memperlambat derasnya hujan. Hutan hujan juga membantu mendinginkan lingkungan sekitar dengan menyerap panas melalui proses evapotranspirasi, menjaga suhu tetap sejuk dan lembap. Belum lagi, ribuan jenis tumbuhan hutan tropis menyimpan potensi obat—sekitar 25% obat modern berasal dari tanaman hutan.

Indonesia: Rumah Hutan, Surga Biodiversitas

source: tim patroli sekadau | katak ranggo

Pertama, faktor iklim. Indonesia terletak di sekitar garis khatulistiwa dan menerima sinar matahari selama 12 jam setiap hari sepanjang tahun. Ditambah curah hujan yang tinggi, terbentuklah bioma hutan hujan tropis yang sangat subur. Tanaman yang melimpah menciptakan relung ekologi yang beragam—tempat hidup bagi ribuan spesies, dari ikan terkecil Paedocypris progenetica hingga kadal terbesar Varanus komodoensis.

Kedua, faktor geologis. Sebagai negara kepulauan yang berada di antara dua benua, Asia dan Australia, Indonesia memiliki campuran fauna yang unik. Wilayah Asia dan Australia telah terpisah jutaan tahun lalu, sehingga Indonesia menjadi rumah bagi tiga zona persebaran fauna:

  • Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali dihuni fauna Asia
  • Sulawesi dan Nusa Tenggara dengan karakteristik fauna perpaduan Asia-Australia
  • Maluku dan Papua mewakili fauna Australis

Isolasi geografis ini mendorong evolusi spesies-spesies unik yang tidak ditemukan di tempat lain. Fenomena ini disebut endemisme, dan Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat endemisitas tertinggi di dunia.

Ilmuwan juga mencatat pola global yang disebut Latitudinal Diversity Gradient—semakin dekat ke garis khatulistiwa, semakin tinggi keanekaragaman hayatinya. Indonesia, berada tepat di garis ini.

Jadi, meskipun peran hutan hujan sebagai “paru-paru dunia” bukan dalam arti harfiah, ia tetap menjadi bagian penting dalam sistem pendukung kehidupan di Bumi. Dan Indonesia, dengan hutan hujannya, memegang peran vital dalam menjaga iklim global dan keanekaragaman hayati dunia.

 

Daftar Pustaka

  • Peters, G. (2019, August 27). Use your head: The Amazon isn’t our lungs. University of California, Davis – CLEAR Center. https://clear.ucdavis.edu/blog/use-your-head-amazon-isnt-our-lungs
  • Funke, D. (2019, September 5). Amazon Doesn’t Produce 20% of Earth’s Oxygen. FactCheck.org. https://www.factcheck.org/2019/09/amazon-doesnt-produce-20-of-earths-oxygen
  • Bonan, G. B. (2008). Forests and climate change: forcings, feedbacks, and the climate benefits of forests. Science, 320(5882), 1444–1449. https://doi.org/10.1126/science.1155121
  • Houghton, R. A., Byers, B., & Nassikas, A. A. (2015). A role for tropical forests in stabilizing atmospheric CO2. Nature Climate Change, 5(12), 1022–1023. https://doi.org/10.1038/nclimate2869
  • Rintelen, K. V., Arida, E., & Hauser, C. (2017). A review of biodiversity-related issues and challenges in megadiverse Indonesia and other Southeast Asian countries. Research Ideas and Outcomes, 3, e20860. https://doi.org/10.3897/rio.3.e20860
  • United Nations Environment Programme. (n.d.). Biodiversity / Indonesia – Interactive Country Fiches. Retrieved August 31, 2024, from https://dicf.unepgrid.ch/indonesia/biodiversity
  • WWF. (2022). Why Forests Are Important. https://www.worldwildlife.org/initiatives/forests
Scroll to Top