Hewan Juga Bisa Stres! Fakta Mengejutkan tentang Kesehatan Mental Satwa Liar dan Peliharaan

Pernahkah kamu melihat anjing  yang menggonggong sampai bikin rumah berantakan pas ditinggal sendirian atau perilaku aneh ikan seperti bersembunyi, malas bergerak, hingga hilang nafsu makan? Perilaku-perilaku aneh ini mungkin bukan sekadar kenakalan biasa. Sama seperti manusia, hewan juga bisa mengalami stres, kecemasan, bahkan gangguan mental yang serius.

Tentunya kesadaran tentang kesehatan mental hewan penting, baik untuk hewan peliharaan dan satwa liar juga bisa mengalaminya, apalagi ketika mereka tertekan oleh lingkungan atau aktivitas manusia.

 

Apa yang dimaksud “gangguan mental” pada hewan?

Para dokter hewan dan peneliti perilaku hewan percaya bahwa hewan juga bisa mengalami gangguan mental. Bedanya, mereka tentu nggak bisa curhat atau menjelaskan perasaannya dengan kata-kata seperti manusia. Nah, cara mengetahuinya biasanya lewat observasi, saat perilakunya berubah atau muncul tanda-tanda aneh yang berulang, itu bisa jadi sinyal ada masalah di kesehatan mental mereka.

Menariknya, data Statistik Terapi Hewan 2024 menunjukkan bahwa 74% pemilik merasa kesehatan mentalnya membaik setelah memiliki hewan. Karena itu, memperhatikan kesehatan mental hewan bukan hanya soal menjaga kesejahteraan mereka, tapi juga berperan penting untuk keseimbangan ekosistem dan memperkuat hubungan kita dengan mereka. 

 

Gejala gangguan mental pada hewan

Menurut Halodoc, hewan mengalami masalah kesehatan mental dan berperilaku tidak normal yang patut diwaspadai seperti depresi, ditandai dengan lesu, hilang nafsu makan, bahkan melukai diri sendiri. Gangguan makan akibat pola makan berlebihan atau tak terkontrol, bisa juga hewan memakan sesuatu yang bukan makanan, seperti kerikil, plastik, atau kain. Gangguan Pasca Trauma (PTSD) yang muncul pada hewan yang pernah ditelantarkan atau mengalami bencana dan autisme dengan ciri perilaku berulang, kecemasan berlebih. Obsessive-Compulsive Disorder  (OCD) seperti menjilat tubuh berlebihan, mondar-mandir, atau mengunyah benda. 

 

Mengapa hewan liar dan peliharaan bisa mengalami gangguan mental?

Gangguan mental pada hewan bisa muncul karena banyak hal, mulai dari faktor bawaan hingga pengaruh lingkungan.

Untuk hewan peliharaan, penyebabnya bisa berupa perubahan besar di sekitar mereka, misalnya pindah rumah, hadirnya anggota keluarga baru, atau jadwal pemilik yang tiba-tiba berubah. Kurangnya stimulasi juga jadi masalah misalnya anjing dan kucing butuh diajak main, diajak jalan, atau diberi aktivitas. Jika sering ditinggal sendirian, mereka bisa bosan, kesepian, lalu berujung stres. Selain itu, pengalaman buruk seperti diperlakukan kasar, terkena suara bising, atau mengalami trauma tertentu bisa meninggalkan luka psikologis. Kondisi kesehatan fisik yang menyakitkan atau kronis pun bisa membuat hewan jadi cemas dan murung.

Untuk hewan liar, gangguan mental jarang ditemui, kecuali karena kelainan genetik tertentu. Namun, hal ini jauh lebih sering terlihat pada satwa yang hidup di penangkaran, seperti kebun binatang atau akuarium. Ketika mereka tidak bisa melakukan perilaku alaminya seperti berburu, menjelajah, atau berinteraksi sosial, maka hewan bisa stres berat. Akibatnya, muncul perilaku aneh berulang-ulang, misalnya mondar-mandir tanpa henti atau bahkan melukai diri sendiri.

 

Kenapa penting dan Apa yang bisa kita lakukan?

Kesejahteraan hewan juga berdampak pada konservasi dan kesehatan masyarakat. Hewan yang mengalami stres lebih rentan sakit, bisa menunjukkan perilaku merusak, hingga terganggu reproduksinya. Semua ini berpengaruh pada keberlangsungan spesies dan juga hubungan manusia dengan hewan di rumah.

Untuk mengurangi risiko gangguan mental, hewan peliharaan perlu dibiasakan sosialisasi sejak dini, diberi stimulasi fisik dan mental secara rutin, serta dibawa ke dokter hewan perilaku jika muncul tanda kecemasan. Satwa di penangkaran membutuhkan habitat lingkungan yang mirip dengan kondisi alami hewan, kesempatan interaksi sosial alami, dan pengelolaan lingkungan yang dapat mengurangi stres akibat keramaian. Sementara itu, satwa liar sebaiknya dilindungi habitatnya, dijauhkan dari gangguan manusia, dan mendapat rehabilitasi perilaku saat dilakukan penyelamatan agar terhindar dari trauma jangka panjang.

 

Refrensi

The Zebra. (2024, March 14). Animal therapy statistics. The Zebra. https://www.thezebra.com/resources/research/animal-therapy-statistics/

Halodoc. (2021, January 3). Masalah kesehatan mental manusia yang bisa dialami peliharaan. Halodoc. https://www.halodoc.com/artikel/masalah-kesehatan-mental-manusia-yang-bisa-dialami-peliharaan

Ariyani, T. (2025, March 10). Selidik sains: benarkah hewan juga mengalami penyakit mental? National Geographic Indonesia. https://nationalgeographic.grid.id/read/134225943/selidik-sains-benarkah-hewan-juga-mengalami-penyakit-mental?page=all

Scroll to Top