Ahli Biologi dan Taksonomi akan Menilai Risiko Kepunahan Moluska Air Tawar Asli Sundaland

Bogor, 17 November 2025 – Status konservasi moluska air tawar asli Kawasan Sundaland akan dievaluasi melalui sebuah lokakarya yang dijadwalkan berlangsung tanggal 17-21 November, 2025.

Lokakarya itu diselenggarakan melalui kerjasama Ditjen KSDAE Kementerian Kehutanan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), International Union for Conservation of Nature (IUCN), Indonesian Species Specialist Group (ISSG), PILI Green Networkm dan Masyarakat Moluska Indonesia (MMI).

Sejumlah ahli biologi taksonomi dan pakar konservasi akan menyajikan dan mengupas data dan informasi terbaru tentang kawasan Sundaland untuk memastikan status konservasinya ke depan terkait dengan risiko kepunahan keong dan kerang air tawar endemik dari aktivitas manusia.

Kawasan Sundaland, yang mencakup Indonesia bagian barat, Malaysia, Singapura, dan Brunei, merupakan salah satu hotspot keanekaragaman hayati global. Sungai dan danau di kawasan ini menjadi rumah bagi beragam spesies dari taksa moluska air tawar yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Sayangnya, kelompok fauna yang sering diabaikan ini menghadapi tekanan berat, mulai dari polusi air, pembangunan infrastruktur, hingga perubahan iklim yang semakin mengurangi habitat alami mereka.

Lokakarya penilaian Daftar Merah IUCN (IUCN Red List Assessment) ini merupakan langkah kritis. Data yang dihasilkan akan menentukan status konservasi setiap spesies—apakah mereka berstatus “Rentan,” “Genting,” atau “Kritis”— dalam Daftar Merah IUCN, yang merupakan sistem inventarisasi status konservasi keanekaragaman hayati global yang paling komprehensif.

Janet Scott | Narasumber dari IUCN Red List

Kegiatan ini sejalan dengan program pemerintah sebagaimana tertuang dalam dokumen RPJMN 2025-2029 serta IBSAP 2025-2045 yang menunjukkan komitmen Indonesia untuk melakukan penilaian daftar merah nasional atas seluruh spesies. Penilaian pada level nasional, bisa memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kondisi spesies di Indonesia, sehingga strategi yang disusun akan lebih konkret dan tepat sasaran.

“Kita sedang mengalami krisis kepunahan biodiversitas yang senyap, khususnya untuk kelompok invertebrata seperti moluska air tawar yang kurang mendapatkan perhatian. Padahal, keong dan kerang air tawar memainkan peran ekologis yang sangat vital, mulai dari menyaring air, mendaur ulang nutrien, hingga menjadi bagian dari jaring makanan,” ujar Iwan Setiawan, direktur PILI Green Network yang menjadi tuan rumah acara.

“Workshop ini adalah upaya nyata untuk memberikan suara dan perhatian pada spesies-spesies yang kurang mendapat perhatian namun sangat penting bagi kesehatan ekosistem kita,” tambahnya.

Sebagai otoritas global untuk penilaian status spesies, IUCN menyediakan kerangka kerja ilmiah dan metodologi yang ketat untuk workshop ini.

Eresha Fernando | Narasumber dari IUCN Red List

“Penilaian Daftar Merah IUCN didasarkan pada data dan bukti ilmiah terbaik. Dengan berkumpulnya para pakar terkemuka di Bogor, kami dapat mengkonsolidasikan pengetahuan untuk menilai tingkat ancaman yang dihadapi moluska air tawar Sundaland dengan target sebanyak 176 spesies. Hasil penilaian ini tidak hanya penting untuk sains, tetapi juga akan menjadi panduan bagi pemerintah, LSM, dan para pemangku kepentingan dalam merancang dan melaksanakan program konservasi yang tepat sasaran,” jelas Eresha Fernando, Eresha Fernando Lead – Freshwater Biodiversity, IUCN Biodiversity Assessment and Knowledge Team, salah satu fasilitator utama dalam workshop ini.

Manfaat dan keluaran workshop di antaranya: 1) Data Ilmiah yang Kuat: Menghasilkan penilaian status konservasi berbasis ilmiah untuk puluhan spesies moluska air tawar asli Sundaland, 2) Panduan untuk Kebijakan: Data Daftar Merah akan menjadi acuan bagi pemerintah dalam menetapkan kebijakan perlindungan spesies dan habitatnya, serta memasukkan pertimbangan biodiversitas dalam perencanaan Pembangunan, 3) Peningkatan Kapasitas: Meningkatkan kapasitas dan jaringan para peneliti muda Indonesia dalam metodologi penilaian risiko kepunahan, dan 4) Peta Jalan Konservasi: Mengidentifikasi ancaman utama dan rekomendasi aksi konservasi prioritas untuk moluska air tawar di kawasan ini.

Hasil akhir dari workshop ini akan diproses dan diusulkan untuk dimasukkan ke dalam pembaruan IUCN Red List of Threatened Species™, yang dapat diakses oleh publik dan pembuat kebijakan di seluruh dunia.

 

 

Tentang IUCN:

International Union for Conservation of Nature (IUCN) adalah uni keanggotaan yang terdiri dari organisasi pemerintah dan masyarakat sipil. Melalui pengetahuan dan sumber dayanya yang luas, IUCN membantu dunia menemukan solusi pragmatis untuk tantangan lingkungan dan pembangunan yang paling mendesak. Komisi Kelangsungan Hidup Spesies (SSC) IUCN adalah jaringan ribuan ilmuwan dan pakar sukarela yang bekerja untuk mempertahankan keragaman hayati.

Tentang PILI Green Network:

PILI Green Network adalah organisasi nirlaba Indonesia yang berdedikasi untuk memperkuat konservasi keanekaragaman hayati dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan melalui pendekatan ilmiah, peningkatan kapasitas, dan kolaborasi multipihak.

 

 

Nara Hubung Media:

1. Dr. rer. nat. Ayu Savitri Nurinsiyah, Researcher at National Research and Innovation Agency

Email: ayu_nurinsiyah@yahoo.com

+62 821-2303-7904

 

2. Erisha Nur Fatimah, Media Officer, PILI Green Network

Email: erishanurfa68@gmail.com

+62 896-2921-1539

Scroll to Top