International Union for Conservation of Nature (IUCN) bersama pemerintah dari berbagai negara berkumpul dalam pertemuan Komite Warisan Dunia ke-44 UNESCO.
Pertemuan secara virtual tersebut dilakukan untuk memperhitungkan kontribusi situs Warisan Dunia dalam mengatasi hilangnya keaneakaragaman hayati.
Pertemuan ini diselenggarakan menjelang konferensi PBB tentang keanekaragaman hayati yang rencananya dihelat akhir tahun ini di Cina untuk menetapkan tujuan dan target baru dalam upaya melindungi keanekaragaman hayati melalui Kerangka Keanekaragaman Hayati Global Pasca-2020.
“Situs Warisan Dunia akan memainkan peran utama dalam mencapai ambisi ini karena konservasinya berdampak langsung pada keanekaragaman hayati dan ekosistem yang mereka tempati. Kami menyerukan kepada pemerintah untuk fokus melakukan apa yang ada dalam kekuatan mereka untuk melindungi situs-situs luar biasa ini, dengan dukungan internasional jika diperlukan, sebagai langkah penting dalam mengatasi tantangan global,” kata Tim Badman, Direktur Program Warisan Dunia IUCN dalam pertemuan tersebut.
Selama kurun waktu dua minggu, setidaknya Komite Warisan Dunia akan membahas saran IUCN mengenai 95 situs Warisan Alam Dunia yang menghadapi ancaman dan delapan situs yang diusulkan sebagai warisan budaya.
Komite juga akan mempertimbangkan saran tentang isu-isu yang lebih luas yang mempengaruhi konservasi situs Warisan Dunia, termasuk ancaman global perubahan iklim dan penurunan keanekaragaman hayati yang tajam.
Saat ini dalam tahap rancangannya, Kerangka Keanekaragaman Hayati Global Pasca-2020 menyoroti pentingnya melindungi keanekaragaman hayati dan memerangi perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia secara beriringan. Menurut Pusat Warisan Dunia UNESCO dan IUCN, Konvensi Warisan Dunia dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi kedua hal tersebut.
Situs Warisan Alam Dunia alam mencakup beberapa ekosistem terbesar di bumi yang menyimpan sejumlah besar karbon dan menyediakan habitat bagi beragam spesies hewan dan tumbuhan. Selain itu, banyak situs Warisan Budaya Dunia yang tumpang tindih dengan Key Biodiversity Areas. Memastikan perlindungan yang efektif dari generasi ke generasi merupakan tujuan utama dari Konvensi Warisan Dunia, sehingga hal ini mendukung tujuan yang lebih luas untuk konservasi keanekaragaman hayati global.
Misalnya, Situs Warisan Dunia Tanah dan Laut Austral di Prancis yang melindungi lebih dari 50 juta burung, termasuk populasi penguin raja terbesar di dunia dan elang laut hidung kuning yang terancam punah. Hutan-hutan di situs Warisan Dunia di seluruh wilayah tropis, seperti Kompleks Konservasi Amazon Tengah di Brasil atau Delta Okavango di Botswana, menyimpan 5,7 miliar ton karbon, jumlah yang lebih banyak daripada hutan tropis lindung lainnya menurut studi IUCN 2014.
Namun, berbagai ancaman yang mempengaruhi situs Warisan Alam Dunia juga menunjukkan tantangan dalam mencapai tujuan konservasi. Tahun ini, IUCN merekomendasikan menempatkan empat situs di Daftar Warisan Dunia dalam Bahaya.
Secara global, jumlah situs yang menghadapi ancaman terus meningkat, dan tingkat keparahan ancaman ini semakin meningkat. IUCN World Heritage Outlook 3, yang diterbitkan pada awal Desember 2020, mengungkapkan bahwa saat ini perubahan iklim menjadi ancaman tinggi atau sangat tinggi di sepertiga situs Warisan Alam Dunia, melampaui spesies asing invasif sebagai ancaman utama. Hal ini diperparah oleh berbagai tekanan yang didorong oleh manusia, seperti perburuan, penangkapan ikan, dan kebakaran.
Tulisan asli: IUCN urges countries to protect World Heritage to achieve ambitions for halting biodiversity loss (https://www.iucn.org/news/world-heritage/202107/iucn-urges-countries-protect-world-heritage-achieve-ambitions-halting-biodiversity-loss)