Empat Tahun Lalu kami merintis aksi konservasi di pedalaman Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung. Setapak demi setapak kami bersama masyarakat melakukan restorasi hutan.
Pelajaran berharganya, restorasi perlu pendampingan kreatif dan mengedepankan proses. Bila pemulihan hutan hanya dinilai dari sisi teknis penanaman, barangkali tak ada hambatan yang berarti. Solusi selalu ada : Tanaman mati, bisa disulam. Tanaman loyo, bisa disiram air. Hanya saja butuh syarat : rajin merawat tanaman.
Tantangan yang menguras energi justru datang dari luar petak tanam : dinamika sosial. Dari pelajaran itu, kami memaknai restorasi sebagai seni, katakan begitu, yang memadukan pengetahuan ekologi dan sosial. Sebagai Seni, restorasi perlu ruang yang lebih longgar untuk mewadahi kreativitas dalam menghadapi dinamika ekologi dan sosial.
Buku ini juga sebagai ruang kreatif untuk berbagi pengalaman restorasi di pesanguan. Harapan kami, wawasan dari pesanguan bisa memperkaya khazanah restorasi di Indonesia.
Buku ini dapat diunduh pada link di bawah ini: