Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan menyelenggarakan pelatihan pengelolaan kolaboratif untuk staff taman nasional dengan tema restorasi berbasis masyarakat pada 12-14 Februari, di Resort Ulu Belu, Desa/Pekon Sukamaju, Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Pelatihan yang berupaya meningkatkan kapasitas tata kelola sosial dan soft skill ini dilaksanakan oleh Yayasan Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI-Green Network) didukung oleh Proyek Sumatran Tiger GEF-UNDP.
Pelatihan diikuti oleh 10 (sepuluh) orang staff Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang terdiri dari Polhut, PEH dan Penyuluh. Para peserta mendapatkan materi tentang pengertian restorasi, kebijakan terkait restorasi di kawasan konservasi, pendekatan restorasi dan tahapannya, dampak dan pengawasannya.
Menurut Evi Indraswati, Koordinator PILI sekaligus fasilitator pelatihan, diperlukan aksi bersama – tidak hanya sekedar minat ataupun niat – untuk memulihkan kawasan hutan TNBBS. Menurutnya, pelatihan soft skill menjadi modal untuk meningkatkan motivasi dengan kemampuan perencanaan dan analisis resiko yang matang terhadap program restorasi hutan berbasis masyarakat.
Rini Rismayani (Direktorat Konservasi Kawasan) sebagai salah satu narasumber mengatakan, ”Lakukan restorasi sesuai aturan yang berlaku.” Menurut Rini, Balai Besar TNBBS adalah TN yang pertama membuat studi/kajian dalam rangka penyusunan Rencana Pemulihan Ekosistem (RPE) 2015-2019. “Dan target pemulihan ekosistem di TNBBS tahun 2018 telah tercapai sesuai dengan IKK,” tuturnya. Rini menambahkan, dalam melakukan PE perlu dicermati berdasarkan open area di lanskap masing-masing.
Para peserta juga memperoleh pelatihan dari Rio Ardi (Yayasan Orang Utan Sumatera Lestari-Orangutan Information Center) yang telah melakukan restorasi di kawasan konservasi Lauser, dan di SM Rawa Singkil.
Menurut Koordinator Penyuluh Balai Besar TNBBS Riyanto, “Perlu segera ada aksi untuk mengatasi keterlanjuran penggarapan illegal yang ada di TNBBS, meskipun kecil tapi dilakukan secara berkelanjutan, kolaboratif pihak TN; Resor, PEH, Penyuluh dengan para mitra dan menjadikan masyarakat sebagai pelaku utama dalam pemulihan ekosistem. Dan tentunya petugas resor pun penting untuk dibekali ilmu kemampuan mengkondisikan masyarakat di sekitar wilayah resornya.”
Di akhir pelatihan, disepakati bersama bahwa pasca pelatihan akan ada upaya membuat demplot restorasi berbasis masyarakat pada wilayah resor masing-masing. Dan untuk lebih memantapkan kolaborasi dalam restorasi berbasis masyarakat, maka akan segera dilaksanakan pelatihan kedua bersama masyarakat.
@SumatranTigerID